Alhamdulillah perjalanan panjang hari ini telah usai. Diawali dari subuh hari tadi jemput Estu di asramanya di Anyer sana. Sesuai janji mamanya, hari ini langsung cari laptop seperti yang sudah jauh-jauh hari dimintanya. Tugas sekolah sudah semakin banyak katanya. OK, hari ini kita coba cari, mudah-mudahan dapat ya Nak..
Sekalian lewat, kita coba dulu di WTC Matahari, Serpong. Rupanya tidak banyak pilihan. Setelah muter sana-sini tidak juga didapat (aku dan mamanya kebetulan juga ada perlu yang lain), kita putuskan untuk ke Point Square, Lebak Bulus. Mestinya di sana lebih banyak pilihan.
Sore, sepulang dari Point Square, mampir dulu makan siang, ah tepatnya makan sore, di warung soto Bu Tjondro di Pondok Cabe. Satu tujuan sudah terpenuhi yaitu beli laptop buat Estu, anakku. Setelah akhirnya satu pilihan dijatuhkan, Acer. Satu laptop lagi, juga Acer dengan spesifikasi lebih rendah dan harga yang tidak terlalu mahal buat Dinda, adiknya Estu. (Sejujurnya, justru Dinda yang sudah lebih dulu minta dibelikan laptop. Dia tabung lima ratus koin atau seribu rupiah ke celengannya, katanya supaya bisa beli laptop).
Di Bu Tjondro cukup ramai juga rupanya. Alhamdulillah, masih kebagian tempat parkir. Sudah lama tidak berkunjung, tidak ada yang berubah, selalu ramai. Hampir di setiap sudut tempat duduk terisi pengujung. Mamanya Estu memilih tempat di belakang tangga besar. Kita ke sana. Lebih sepi, lebih leluasa. Tentu lebih nyaman.
Orang-orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Semua orang begitu. Seperti halnya sepasang suami istri (karena seperti terlihat demikian) yang duduk tidak jauh dari kami. Masing-masing sudah menghadapi semangkok soto di depan tempat duduk mereka. Aha, masih utuh. Belum disentuh. Rupanya masing-masing sibuk dengan blackberry di tangan mereka. Ya, facebook tentu saja. Berhadap-hadapan, tetapi ternyata mereka berjauhan. Asyik dengan dunianya sendiri-sendiri. Asyik dengan kitab suci masing-masing. Lupa bahwa bisa jadi semangkok soto di depan mereka akan menjadi dingin dan tidak lagi lezat terasa.
Facebook, kini telah menjadi agama baru banyak orang. Ke sana kemari orang-orang asyik menderas beberapa surat dari kitab suci di tangan mereka ini, blackberry. Bahkan seringkali menciptakan beberapa surat-surat baru, beberapa ayat. Bahkan beratus-ratus ayat. Kadang pendek. Lebih pendek dari surat Al Asr. Kadang panjang, sepanjang surat Al Baqarah atau An Nisa.
Sama, seperti halnya aku saat ini. Walau pun tidak sesering pagi, siang, sore dan malam, tapi sesungguhnya sudah cukup membuat aku malu. Karena kitab suci sejatiku, tidak sesering ini aku membukanya. Bahkan mungkin tidak setiap hari. Ah, mudah-mudahan, ini hanya trend sesaat saja. Sekedar aku mengikuti dan menyesuaikan diri dengan yang lain. Mudah-mudahan.
Sekalian lewat, kita coba dulu di WTC Matahari, Serpong. Rupanya tidak banyak pilihan. Setelah muter sana-sini tidak juga didapat (aku dan mamanya kebetulan juga ada perlu yang lain), kita putuskan untuk ke Point Square, Lebak Bulus. Mestinya di sana lebih banyak pilihan.
Sore, sepulang dari Point Square, mampir dulu makan siang, ah tepatnya makan sore, di warung soto Bu Tjondro di Pondok Cabe. Satu tujuan sudah terpenuhi yaitu beli laptop buat Estu, anakku. Setelah akhirnya satu pilihan dijatuhkan, Acer. Satu laptop lagi, juga Acer dengan spesifikasi lebih rendah dan harga yang tidak terlalu mahal buat Dinda, adiknya Estu. (Sejujurnya, justru Dinda yang sudah lebih dulu minta dibelikan laptop. Dia tabung lima ratus koin atau seribu rupiah ke celengannya, katanya supaya bisa beli laptop).
Di Bu Tjondro cukup ramai juga rupanya. Alhamdulillah, masih kebagian tempat parkir. Sudah lama tidak berkunjung, tidak ada yang berubah, selalu ramai. Hampir di setiap sudut tempat duduk terisi pengujung. Mamanya Estu memilih tempat di belakang tangga besar. Kita ke sana. Lebih sepi, lebih leluasa. Tentu lebih nyaman.
Orang-orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Semua orang begitu. Seperti halnya sepasang suami istri (karena seperti terlihat demikian) yang duduk tidak jauh dari kami. Masing-masing sudah menghadapi semangkok soto di depan tempat duduk mereka. Aha, masih utuh. Belum disentuh. Rupanya masing-masing sibuk dengan blackberry di tangan mereka. Ya, facebook tentu saja. Berhadap-hadapan, tetapi ternyata mereka berjauhan. Asyik dengan dunianya sendiri-sendiri. Asyik dengan kitab suci masing-masing. Lupa bahwa bisa jadi semangkok soto di depan mereka akan menjadi dingin dan tidak lagi lezat terasa.
Facebook, kini telah menjadi agama baru banyak orang. Ke sana kemari orang-orang asyik menderas beberapa surat dari kitab suci di tangan mereka ini, blackberry. Bahkan seringkali menciptakan beberapa surat-surat baru, beberapa ayat. Bahkan beratus-ratus ayat. Kadang pendek. Lebih pendek dari surat Al Asr. Kadang panjang, sepanjang surat Al Baqarah atau An Nisa.
Sama, seperti halnya aku saat ini. Walau pun tidak sesering pagi, siang, sore dan malam, tapi sesungguhnya sudah cukup membuat aku malu. Karena kitab suci sejatiku, tidak sesering ini aku membukanya. Bahkan mungkin tidak setiap hari. Ah, mudah-mudahan, ini hanya trend sesaat saja. Sekedar aku mengikuti dan menyesuaikan diri dengan yang lain. Mudah-mudahan.