DUKA PAK ABDURAHMAN SI PENJUAL KORAN

Sahabatku...sekali waktu, cobalah kita perhatikan tubuh kita yg terlihat dari ujung rambut hingga ujung kaki, betapa sempurnanya Allah menciptakan kita. Andai salah satu saja bagian tubuh kita tidak ada, betapa rumitnya hidup yang akan kita hadapi kendati pun kita tetap mampu bertahan hidup tanpa salah satu bagian tubuh kita. Bersyukur kita yang diberi anugerah oleb Allah dengan anggota badan yang lengkap. Bersyukur kita yang diberi Allah dengan rizki lebih. Bersyukur kita kepada Allh yang memberi pekerjaan yang baik. Tapi tidak untuk Pak Abdurahman. Segala keterbatasan telah menjadi bagian dari kehidupannya sehari-hari, akibat dari kanker yang dideritanya beliau harus rela kehilangan hidung. Penghasilannya sebagai seorang penjual koran di pompa bensin di daerah Kasablanka, Jakarta Selatan hanya cukup untuk sekedar makan sehari-hari. Namun demikian, dengan segala keterbatasannya itu tidak menjadikan Pak Abdurahman mempunyai niat untuk menjadi pengemis atau peminta-minta. Tidak.! Baginya bekerja adalah wajib hukumnya. Tak peduli berapapun riski yang didapatkan. Bersyukur karena ia sering mendapatkan uang lebih dari mereka yang membeli koran dan merelakan uang kembalian. Namun begitu menjelang lebaran ini Pak Abdurahman berharap dapat membelikan baju baru dan ketupat lebaran buat keluarganya. Syukur-syukur ada uang lebih untuk ia bisa kembali berobat. Hidungnya yang sumbing dan hanya ditutup dengan plester membuat orang menjadi tidak tega untuk memandangnya. Sahabat..yuk lakukan kabaikan meskipun orang lain tak membalasnya dengan hal serupa. Kita niatkan segala kabaikan hanya untuk menggapai ridho Allah semata. Untuk sahabat yang Allah lebihkan rezekinya, silakan bila ingin membantu bisa transfer melalu rekening milik pengelola Musholla BCA UBKK Wisma Pondok Indah No. 035-611 2622 atas nama Eko Supriyanto. Dalam salah satu foto Pak Abdurahman berdampingan dengan Sdr. Arief Fauzi (Benzo), salah seorang aktifis di komunitas Pengajian Al`Quran Learning Musholla BCA UBKK Wisma Pondok Indah, Jakarta Selatan. Contact Person: 0816811330 (joko) atau 08990773322 (eko) MULIA KITA DENGAN MEMBERI, ABADIKAN HARTA KITA DENGAN SEDEKAH, TAK AKAN JATUH MISKIN ORANG YANG BERSEDEKAH, DAN TAK AKAN TAMBAH KAYA ORANG YANG MENAHAN HARTANYA RAMADHAN, SAATNYA MENGUMPULKAN BEKAL BUKAN MENAMBAH BEBAN, AYO KITA BORONG SELURUH AMAL SHOLEH DI BULAN MULIA INI Sekecil apapun bantuan Anda sangat berarti buat pak Abdurahman, semoga kerelaan Anda akan meringankan beban penderitaanNya

Sabtu, 23 April 2016

Hakekat Merantau


Bercerita tentang sebuah perjuangan, tentu akan menawarkan sejuta kisah yang menginspirasi. Begitu juga ketika kita membaca buku “Berjuang di Tanah Rantau” dengan penulis A. Fuadi, dkk yang memberikan untaian kisah hidup di perantauan, kerja keras, perjuangan, suka duka dan bagaimana bersusah payah demi mencapai kesuksesan dan mereguk kebahagiaan. Lewat luapan emosi dan perasaan penulis yang mempunyai pengalaman di tanah rantau demi memperbaiki kehidupan, menopang ekonomi keluarga, meraih impian dan memperoleh pengalaman baru. Merantau, ya sebuah perantauan adalah perjalanan untuk mencari “rumah kedua” atau mungkin bisa dikatakan menemukan rumah yang sesungguhnya. Menembus arah, keterbataasan dan kekurangan dengan kesunggguhan dan keikhlasan. Merantau seperti dikatakan penulis (A. Fuadi) mempunyai keajaiban-keajaiban yang luar biasa, membuat kita lebih bersyukur, lebih memaknai hidup, dan mencintai ilmu. Seperti perkataan Imam Syafi’i dalam syairnya: “Merantaulah. Gapailah setingi-setingginya impianmu. Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan untukmu. Melipur duka dan memulai penghidupan baru. Memperkaya budi, pergaulan yang terpuji, serta meluaskan ilmu.” (Berjuang di Tanah Rantau, hal xi). Memang dalam sebuah perantauan ada sesuatu hikmah yang didapat, melalui proses dan tempaan liku-liku kehidupan menghampiri demi menuai sebuah kebahagiaan yang diharapkan. Karena Tuhan akan memudahkan sang perantau menemukan misi yang ditargetkannya melalu sebuah alunan perjuangan tak kenal menyerah. “Ketika Allah berkehendak, tidak ada yang dapat menghalangi. Dan, rencana Allah sajalah yang akan terjadi meskipun kadang terlihat tidak mungkin sejak awal.” (Berjuang di Tanah Rantau, hal 8). Begitulah hidup, kadang ada sejuta kebahagiaan, tapi kadang harus diliputi mendung kesedihan yang menghampiri. Tetapi akan ada masa yang indah menjemput, walau harus merasakan pahitnya menempuh perjuangan. Bergeraklah dan capailah mimpi-mimpi yang akan kau raih. “Mimpi tanpa target, hanya akan berakhir di angan-angan. Niat dan usaha akan menyetir arah mimpi tersebut. (Berjuang di Tanah Rantau, hal 92). Selain itu juga disebutkan, bahwa mimpi harus diperjuangkan dan pasti kita mendapatkan dan meraih mimpi-mimpi itu. “Kita adalah bagaimana kita menyusun masa lalu, menjalani hari ini, dan bermimpi untuk masa depan.” (Berjuang di Tanah Rantau, hal 110). Memaknai sebuah hidup adalah proses perjuangan demi menempuh misi hidup kita, mereguk kebahagiaan yang hakiki. “Hidup adalah taman yang indah jika kita menanaminya dengan kembang perjuangan.” (Berjuang di Tanah Rantau, hal 129). “Allah memang penulis skenario terhebat.” (Berjuang di Tanah Rantau, hal 169). Kisah-kisah yang dituangkan dalam buku ini memberikan sejuta asa dan angin pendorong untuk melecutkan jiwa dan diri kita mengikuti jejak tentang arti sebuah perjuangan, tentang keberanian dan tekad yang tinggi. Keluar dari “zona nyaman” dan pergi meraih impian. Akhirnya mereka pun menggenggam kebahagiaan lewat hasil jerih payah menemukan hakikat perjuangan. 

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/firmanda/sebuah-hakikat-perjuangan-di-perantauan_5529c11c6ea8345a05552d08

Rabu, 09 Desember 2015

Fenomena Kemenangan Airin

Cobalah Anda search dengan kata kunci Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan. Anda akan temukan ribuan artikel terkait dengan kasus hukum yang dihadapi oleh Wawan. Setidak-tidaknya Wawan menghadapi kasus pilkada Lebak, pilkada Banten, dan Alat Kesehatan (Alkes) Kota Tangerang Selatan. Dan saat ini Wawan telah menjadi narapidana (napi) dengan vonis 5 tahun penjara. Lalu Airin Rachmi Diani, istri Wawan, calon Walikota pentahana Kota Tangerang Selatan dalam Pilkada serentak 9 Desember 2015 ini, yang kembali didampingi oleh Benyamin Davnie, hasil sementara quick count oleh lembaga survey Charta Politika telah mendapatkan 60,2% suara. Fenomena apakah ini? Apakah pemilih tidak tahu bahwa Airin adalah istri Wawan? Atau mereka tahu tapi tidak peduli? Atau mereka yakin bahwa meskipun Airin adalah orang terdekat Wawan, Airin tidak terlibat atau tidak tahu apa-apa dengan kelakuan Wawan? Meskipun Wawan sempat memiliki banyak mobil mewah, Airin tidak tahu bahwa itu hasil korupsi? Atau pemilih bersimpati dengan derita yang dihadapi Airin? Atau mereka tetap mengingikan wajah cantik Airin, mantan Putri Terfavorit dan Putri Pariwisata pada pemilihan Putri Indonesia 1996 ini selalu muncul di layar televisi? Atau pemilih menilai bahwa kepemimpinan Airin - Benyamin berhasil memajukan Kota Tangerang Selatan? Butuh penelitian mendalam untuk menjawab semua pertanyaan itu. Namun kemenangan Airin dengan perolehan 60% harus diakui sebuah fenomena yang sangat menarik.

Selasa, 13 Januari 2015

Semalam di Teras Masjid Raya Al Kautsar

Ini tentang semalam. Ba'da Isya'. Setelah satu per satu jama'ah pulang. Tinggal pengurus masjid dan marbot. Ini tentang dia. Ada aku dan dia semalam di sana. Aku coba menata hati yang luka ini. Lalu aku mulai lagi sebagai lanjutan dari tempo hari Ba'da Azar di mesjid Jabal al Rahmah. Meski sudah menata hati. Meski sudah mencoba menyusun kekuatan maksimal. Ternyata runtuh juga hujan di sudut mata ini. Dalam. Teramat dalam luka ini. Ah betapa sakitnya Betapa perihnya Berkeping-keping mimpi itu pecah berantakan Duhai.. Hanya kepada-Mu aku bermohon Ampuni dia Ampuni aku Ampuni kami..

Rabu, 07 Januari 2015

Hari Baru

Hari baru ini begitu dramatis. Berubah begitu cepat. Beberapa staf tidak perpanjang kontrak. Beberapa staf baru masuk. Ada pekerjaan yang dihilangkan. Ada yang resign karena diterima sebagai pegawai negeri. Ada perubahan job desk. Hari baru yang dramatis. Hari baru yang menggairahkan. wuuiihhh...luar biasa..

Senin, 03 November 2014

Visiting BROMO

Mengunjungi Bromo adalah sesuatu yang fantastik. Sesuatu yang sangat keren. Meskipun perjalanan ke Bromo hanyalah bagian dari acara forum admin 2014 namun mengunjungi Bromo tetap saja luar biasa. Kegiatan ini dimulai dengan forum meeting dan dialog di Hotel Santika Surabaya pada hari Jum'at, 31 Oktober 2014. Kemudian berlanjut dengan amazing race di Hotel Nadia, Probolinggo di hari Sabtu. Malam harinya semua peserta dibangunkan dini hari jam 01.30 agar bisa lebih pagi menuju Penanjakan untuk menyaksikan fenomena matahari terbit dan sekaligus melihat Bromo dari view yang lebih luas. Deru suara angin menerobos sela-sela daun cemara menimbulkan sensasi yang memesona. Dingin menusuk tulang kalah oleh keinginan untuk melihat lahirnya hari baru bersama ratusan, atau bahkan mungkin ribuan orang yang berjejal-jejal di gardu pandang Penanjakan. Kewajiban harus dijalankan. Waktu subuh, sholat harus ditunaikan. Meskipun dingin luar biasa, ambil air wudhu wajib dilakukan agar sholat menjadi sempurna. Dan ketika detik-detik yang dinantikan tiba, suasa menjadi mencekam. Meskipun di sana-sana sibuk berselfie, tetapi sensasi kelahiran matahari di ufuk timur puncak Bromo begitu mendebarkan. Judul di atas adalah judul yang sama yang saya gunakan di status facebook dan bb.

Selasa, 19 Maret 2013

Siapa Bilang Memakai Kerudung Tidak Wajib ?



Anda muslimah?
Anda berkerudung?
Atau istri dan anak perempuan Anda berkerudung?
Bila tidak maka jangan berkecil hati. Mari kita coba telaah ketentuan berkerudung ini dari sudut pandang aturan.
Aturan siapa?
Tentu aturan dari Allah ta’ala sebagai pencipta kita.
Aturan yang mana sih?
Mestinya aturan yang ada dalam Al Qur’an, kecuali bila ada di antara Anda  yang  tidak yakin bahwa  Al-Qur’an itu ketentuan dari  Allah dan wajib kita ikuti.
Bila Anda demikian maka tidak perlulah melanjutkan membaca artikel ini.
Boleh kita persempit pertanyaannya ya? Supaya kita lebih fokus saja.
Apakah menurut Anda berkerudung itu wajib hukumnya? Apakah jilbab atau hijab itu hanya sekedar budaya?
Mari  sama-sama kita bahas di sini.
Kita baca dulu surah An-Nur ayat 31: ‘Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan dan kemaluannya,  dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) Nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutup kan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita muslimah, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.  Dan janganlah mereka memukul kan kakinya  agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada  Allah, hai orang-orang  yang beriman supaya kamu beruntung.”
Sebenarnya hanya dengan membaca satu ayat diatas sudah cukup memberi keyakinan bagi kita bagai mana derajat perintah memakai jilbab atau kerudung ini.
Anda sependapat tidak?  Oke deh, kita baca surat lain duluya, yaitu surah Al-Ahzabayat 59: ‘Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’
Mari  kita renungkan  2 ayat ini. Ayat ini bilang bahwa yang di wajibkan ternyata hanya keluarga Nabi dan istri-istri orang yang beriman saja.
Rasulullah bersabda:  “Tidak pantas bagi kaum wanita keluar rumahnya dengan mengenakan pakaian ketat yang menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya.”
Sabda Rasulullah: “Wahai Haula, setiap wanita yang beriman kepada Allah dan hari kiamat tidak akan menampakkan perhiasannya  di hadapan selain suaminya.  Demikian pula dia tidak memamerkan rambut dan kepalanya. Setiap wanita yang melakukan ini di hadapan selain suaminya berarti merusak agamanya dan menjadikan Allah murka pada dirinya.”
Sumber:  buku Kisah-Kisah Jilbab (Based on true story) karya Ali Mir Khalaf Zadeh.

Nah benar bukan.
Jadi memakai kerudung atau mengenakan jilbab itu bukan kewajiban semua wanita, ia hanya diwajibkan khusus untuk wanita-wanita pilihan saja yaitu:
  1. Istri-istri dan anak-anak perempuan Rasulullah
  2. Istri-istri dan anak-anak perempuan  orang-orang  beriman
  3. Wanita-wanita yang hanya takut kepada  Allah saja dan hanya mengharapkan ampunan dari-Nya
  4. Perempuan-perempuan sholehah yang menjadikan istri dan putri dari Rasulullah sebagai panutan.
Selain yang empat itu maka dibebaskan bagi setiap wanita untuk berpakaian dan berdandan dengan cara sesuka hatinya. Serius kok. Mengikuti model  Lady Gaga, Julia Perez, atau Dewi Persik tidak menjadi soal. Memakai baju dengan belahan dada rendah, atau celana pendek  yang sangat pendek, kaos ketat, rok sangat mini yang super mini silakan saja.
Itu hanya soal pilihan hidup. Toh semua nanti akan ada pertagung jawabannya.
Jadi benar bukan, ternyata memang tidak wajib.

Selasa, 19 Februari 2013

#PETISI:RajamPemerkosaAnak-Anak

Miris sekali membaca berita seorang ayah kandung tega memperkosa anak kandungnya selama bertahun-tahun bahkan hingga si anak hamil. Kejadian serupa sudah sering terjadi dan akan terus terjadi. Kenapa? Karena hukum kita tidak berpihak kepada perlindungan terhadap anak-anak, perempuan, dan orang-orang tertindas. Ayah (kandung/angkat/tiri sama saja), kakek, kakak, paman adalah orang terdekat yang seharusnya melindungi dan memberikan rasa aman kepada anak-anak. Mereka ini adalah orang pertama yang akan melakukan tindakan apa saja untuk membela dan rela berdarah-darah demi keselamatan dan keamanan anak-anak. Nah, kalau mereka juga yang justru menjadikan anak-anak terancam, baik keselamatan maupun masa depannya, mereka ini nilainya tidak lebih baik dari binatang. Coba sejenak Anda bayangkan trauma psikologis yang akan disandang si anak seumur hidupnya. Iya, seumur hidupnya. Apabila Anda adalah orang yang: □ peduli pada keselamatan dan rasa aman anak-anak □ peduli tumbuh kembang dan masa depan anak-anak □ ingin agar pelaku penistaan terhadap anak-anak dihukum berat □ peduli pada perbaikan hukum agar lebih berpihak kepada orang lemah Maka mari kira sebarkan #PETISI: RajamPemerkosaAnak-Anak ini melalui semua media yang Anda miliki (facebook, twitter, broadcast dll). Lakukan sekarang, atau Anda menyesal karena tidak pernah berbuat sesuatu. Silakan baca berita ini: Ini Dedi yang Tega Menyetubuhi Anaknya Selama 5 Tahun Jakarta - Polisi telah meringkus Dedi Periyatna (45), ayah yang tega memperkosa anak perempuannya selama 5 tahun. Dedi mengaku terpengaruh nafsu. "Saya nafsu," kata Dedi pelan kepada wartawan di Polres Jakarta Timur di Jatinegara, Selasa (19/2/2013). Dedi mengenakan kaos garis-garis dan celana pendek hitam. Pria berperawakan kurus ini mengaku ikut merawat anak gadisnya itu sejak kecil. Dia juga tak punya masalah dengan keluarganya. "Saya juga merawat, kalau istri kerja saya yang merawat," katanya. Dedi mengatakan mulai tertarik dengan anaknya sendiri saat berumur 14 tahun. Dalam sebulan biasanya Dedi menyetubuhi anaknya sebanyak 4 kali. "Saya nafsu karena kalau tidur dia selalu pakai celana pendek," katanya. Dedi biasanya mengancam agar putrinya tak mengadukan perbuatannya dengan ibunya. "Saya banyak mengancam jangan ngomong sama ibu, kalau ngomong saya rusak keluarga ini," katanya. Selengkapnya klik di bawah ini: http://m.detik.com/news/read/2013/02/19/145439/2174057/10/ini-dedi-yang-tega-menyetubuhi-anaknya-selama-5-tahun

Kamis, 05 April 2012

Negeri NARKOBA

(Sebuah dukungan buat Denny Indrayana dan BNN)

Heboh luar biasa gara-gara Wamen Hukum & HAM diduga menampar seorang oknum sipir lapas Pekanbaru yang terlalu lama membukakan pintu utama lapas pada saat dilakukan sidak dan penyergapan oleh BNN yang dipimpin oleh Brigjen Benny Mamoto terhadap bandar Narkoba yg diduga merajalela di dalam lapas ini. Konon setelah lama pintu digedor-gedor, penjaga lapas mengintip sebentar lalu pergi cukup lama. Alih-alih membukakan pintu, tapi justru pergi tidak jelas entah ke mana. Wajar kalau banyak orang berprasangka, jangan-jangan kurun waktu sekitar 5-6 menit itu digunakan oleh oknum sipir untuk berkoordinasi dengan para bandar agar membuang barang bukti terlebih dulu. Ingat, 5-6 menit itu tidak sebentar untuk urusan sepenting ini. Anda bisa coba tes pada saat Anda kebelet tetapi kamar mandi sedang digunakan orang lain, misalnya. Dan masalah Narkoba jauh lebih penting dan mendesak dibanding urusan kebelet ke belakang bukan?

Penangkapan 3 terpidana yang positif mengkonsumsi Narkoba dan 1 orang sipir yang diduga terlibat tenggelam oleh hebohnya berita penamparan oknum sipir oleh Wamen.Seolah-olah hal ini menjadi tidak ada artinya.

Sangat tidak penting. Overreactive. Lebay. Sangat berlebihan. Terlebih para anggota DPR itu yang seolah-olah mendapatkan momentum untuk menyerang Denny. Mengeroyok seorang Denny. Mereka lupa pada substansi, yaitu pemberantasan Narkoba.

Bahkan Kalapas Pekanbaru, Kakanwil Kumham Pekanbaru, Dirjen Kumham seolah-olah menabuh genderang perang kepada Denny. Terlihat sekali bahwa mereka sedang menunjukkan sikap tidak suka dan sangat gerah dengan sepak terjang Denny selama ini.

Ini bukan perang antara sipir vs Denny. Bukan juga perang anggota DPR plus para pejabat vs Denny. Sejatinya ini perang antara mafia Narkoba dengan segenap beking dan kolaboratornya vs masyarakat yang ingin agar negeri ini bersih dari Narkoba.

Bukan ingin membenarkan penamparan oleh Denny - kalau itu benar terjadi - tapi apalah arti penamparan itu dibandingkan upaya pembersihan Narkoba yang selalu mendapat perlawanan luar biasa. Ingat, bisnis Narkoba adalah bisnis besar beromset milyaran, bahkan mungkin triliyunan rupiah. Menyuap beberapa ratus juta untuk oknum pejabat agar bisnisnya aman dan lancar tentu bukan perkara sulit.

Jadi, di mana Anda berdiri? Membela bandar Narkoba dan seluruh pendukungkan, atau melawan dengan berbagai macam daya dan upaya?

Mungkin saat ini belum ada keluarga atau orang terdekat Anda yang terkenan dampak Narkoba. Namun sekali itu terjadi, Anda akan sangat menyesal karena sebelumnya tidak pernah berusaha untuk berbuat sesuatu untuk melawan peredaran Narkoba. Sekecil apapun upaya Anda itu. Ingat Boss, negeri kita ini sudah menjadi surga bagi bisnis Narkoba Internasional. Indonesia ibarat negeri Narkoba. Dan anak-anak Anda adalah prospek pasar yang akan terus diincar oleh para pebisnis ini.

Maju terus BNN. Maju terus Benny Mamoto. Jangan mundur Denny Indrayana.
Lawan Narkoba.
Sekarang atau tidak sama sekali.

Selasa, 03 April 2012

Mars Laskar Penagih

Laskar penagih sabar dan gigih
Menagih hutang cerdas dan canggih
Membangun niat lurus dan ikhlas
Menyusur jalan negeri nan luas

Laskar penagih orang yang hebat
Abaikan panas hujan nan lebat
Medan yang sulit tidak mengeluh
Kulit hitam baju basah berpeluh

Laskar penagih tidak arogan
Menebar senyum ramah dan sopan
Menagih hutang tampang memikat
Hutang dibayar jadi sahabat

By: joko suseno
3 April 2012

Sabtu, 03 Desember 2011

Siapa yang Bertanggung Jawab?


Sebuah pertanyaan yang sederhana. Siapa yang bertanggung jawab?

Siapa yang bertanggung jawab atas semburan lumpur Lapindo? Keluarga Bakrie? Anda yakin? Coba cek lagi deh..

Siapa yang bertanggung jawab atas kontrak bisnis dengan PT. Freeport?
Siapa yang bertanggung jawab atas jebolnya situ Gintung?
Siapa yang bertanggung jawab atas meledaknya ratusan (atau ribuan?) tabung gas elpiji?
Siapa yang bertanggung jawab atas ambruknya jembatan Kutai Kartanegara?
Siapa yang bertanggung jawab bila kualitas wakil rakyat kita seperti yang sekarang ini?

Begitu mudah menyampaikan pertanyaan-pertanyaan serupa. Tetapi ternyata jawabannya tidak cukup mudah bukan?

Yang paling mudah adalah bukan mencari siapa yang bertanggung jawab, tetapi mencari kambing hitam. Bahkan ini lebih mudah daripada mencari kambing untuk kurban.

Sudah semestinya kita mulai mengajari anak-anak kita belajar apa itu tanggung jawab dari semenjak mereka kecil. Insya Allah nanti mereka akan mengerti dengan sendirinya apa itu arti tanggung jawab, bukan kambing hitam.

Serba Mirip di TV One


Pernahkan Anda memperhatikan ada begitu banyak kemiripan di stasiun TV One?

Dita Faisal dan Dina Faisal
Kedua orang ini adalah reporter yang mirip baik wajah maupun suaranya, bahkan kadang sulit untuk membedakannya. maklumlah, mereka ini saudara kembar.

Dwi Anggia dan Balquees Manisang
Dua pengganti Tina Talisa dalam Apa Kabar Indonesia Malam ini sangat mirip suaranya. Kalau hanya mendengar tanpa melihat wajah Anda akan kesulitan membedakan keduanya.

Karni Ilyas dan Bang One
Kedua tokoh ini sangat mirip suaranya. Serak-serak bingung gitu deh...

Tina Talisa dan Marshanda
Kedua orang ini wajahnya mirip, juga dua-duanya pintar menyanyi. Tetapi Marshanda bukan penyiar TV One. Begitu pula ternyata Tina Talisa, kini dia bukan lagi penyiar di TV One.

Kamis, 08 September 2011

Sungkeman Lebaran 2011 in Video

Ini videonya:

http://www.youtube.com/watch?v=gnNjg_38abo

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=lebaran%202011%20haji%20muh%20ismail&source=web&cd=1&sqi=2&ved=0CBkQtwIwAA&url=http%3A%2F%2Fwww.youtube.com%2Fwatch%3Fv%3DgnNjg_38abo&ei=vSO5ToXyEcbprAeCyrHUBg&usg=AFQjCNFJe0ZUM-5Pcq0p-GdxPFfj0twRDQ&sig2=yUz4POEYhIUotOa4LfyFVA

Sungkeman Lebaran 2011 Keluarga Muh Ismail











Ini foto-fotonya ya:

Rabu, 17 Agustus 2011

Pak SBY Bertindaklah. Sekarang atau Tidak Sama Sekali.

Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh.

Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang saya hormati, bertepatan dengan ulang tahun kemerdekaan ke-66 dan puasa Ramadhan 1432 H hari ke-17 ini, saya memberanikan diri untuk menyampaikan sesuatu kepada Bapak melalui blog saya ini, dengan harapan akan menjadi bagian dari kontribusi seorang anak bangsa yang ikut memikirkan nasib negeri ini, negeri tercinta Indonesia. Walau sekecil apapun bentuknya.

Sejatinya saya masih bingung mau mulai dari mana, karena begitu banyak hal yang berkecamuk di dalam hati saya. Satu hal yang saya ingin pastikan adalah bahwa tidak ada maksud sedikitpun dari tulisan saya ini untuk menyakiti, menyudutkan, menginjak-injak, atau apapun istilahnya untuk sesuatu hal yang dianggap merendahkan harkat dan martabat seseorang atau institusi. Juga tidak ada niat untuk menghujat atau membenci. Sama sekali tidak. Namun kalau pun toh nanti akan ada pihak-pihak yang tersinggung atau sakit hati, maka dengan ini juga saya menyampaikan permohonan maaf dari sejak sekarang.

Pak Presiden, satu hal yang saya yakini adalah bahwa harus ada seseorang yang berbuat sesuatu. Harus ada seseorang yang dengan kekuatan besar mau melakukan sebuah upaya yang bisa memperbaiki keadaan yang, kalau tetap dibiarkan saja seperti sekarang ini maka tinggal tunggu waktu saja hancurnya negeri ini. Seseorang yang punya hati nurani. Seseorang yang kalau dia melakukan perbuatan itu maka yakinlah bahwa seluruh negeri ini akan memberikan dukungan sepenuhnya. Seseorang yang, mestinya dengan tetap menjaga hati nuraninya bersih, berani melakukan suatu tindakan yang 'lua biasa'. Sebuah gebrakan. Dan seseorang itu, yang saya tahu untuk saat ini, hanyalah Bapak Presiden seorang.

Pak, sebelum saya lanjutkan, saya ingin bertanya tentang beberapa hal, sekedar untuk konfirmasi apakah persepsi dan pemahaman kita sama.

1. Jaman dulu, dulu sekali, sudah berabad-abad lamanya, Khalifah Umar sering pergi berkeliling negeri dengan cara menyamar, semata untuk memastikan kondisi rakyat dan wilayahnya dengan mata kepala sendiri. Saat ini mungkin Bapak tidak punya waktu untuk melakukan itu, kalau saya tidak salah istilahnya incognito, karena begitu banyak kesibukan yang Bapak hadapi. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, Bapak akan menerima informasi dan laporan dari pembantu dan orang-orang kepercayaan Bapak. Apakah benar demikian adanya Pak?

2. Ketika Khalifah Umar mendapat laporan bahwa ada seorang Gubernurnya yang berbuat zalim atau tidak adil dalam memimpin rakyatnya, maka Khalifah tidak akan ragu untuk memecat dan menggantikannya dengan yang lebih amanah. Saya yakin Bapak setuju dengan tindakan beliau ini kan?

3. Pelajaran sejarah sewaktu saya duduk di bangku SMP, kalau saya tidak salah ingat, yaitu ada sebuah kerajaan bernama Kalingga yang dipimpin oleh seorang Ratu Shima, telah menerapkan hukum potong tangan bagi siapapun, bagi siapapun Pak, yang berani melakukan pencurian. Dan itu bukan hanya omong kosong. Bukan hanya slogan. Benar-benar dijalankan. Hukuman ini berlaku bahkan bagi orang terdekat sang Ratu sendiri. Dari kalangan ring satu kalau meminjam istilah jaman sekarang. Jadi hukuman berat bagi penjahat merupakan warisan leluhur kita. Karena itulah maka sejarah tetap menyimpan catatan peristiwa di Kerajaan Kalingga ini dengan sangat rapi. Apakah Bapak pernah mendengar atau membaca sejarah ini dan apakah Bapak setuju dengan ini?

Baiklah Pak, mohon ijin saya lanjutkan.

Bapak punya Menteri Perhubungan. Namanya Pak Freddy Numberi. Tolong tanya beliau, apakah pernah dalam masa jabatannya ini menyamar naik truk-truk angkutan barang, melihat apa yang terjadi jalan-jalan raya dari sepanjang Pulau Sumatera, sepanjang Pulau Jawa, atau rute pendek sajalah, misalnya dari Jakarta menuju Merak. Apa yang terjadi di setiap titik jembatan penimbangan. Apa yang beliau lihat pada titik-titik di mana ada petugas Dishub memberhentikan kendaraan. Tanya juga ke Pak Freddy, apakah pernah naik bis-bis umum atau kereta api. Tentu dengan cara menyamar, karena kalau tidak, pasti semua sudah diatur sedemikian rupa sehingga menjadi nampak baik-baik saja.

Bapak punya Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara. Mohon maaf Pak, saya lupa namanya. Bapak boleh tanya beliau, apakah pernah menyamar untuk melihat bagaimana para aparat negara itu bekerja sehari-harinya.

Bapak punya Pak Gamawan Fauzi, Menteri Dalam Negeri yang hebat itu. Tanya beliau, tahukah bagaimana aparat kelurahan, kecamatan, kabupaten/kotamadya melayani rakyatnya. Apakah beliau tahu bahwa kebanyakan rakyat bukannya dilayani, tetapi rakyatlah yang harus melayani maunya aparat bila ingin kebutuhannya didapatkan.

Bapak punya Kepala BPN. Mohon maaf juga, saya tidak kenal beliau. Mohon Bapak tanya beliau, bagaimana kalau masyarakat mengurus surat-surat tanah. Minta beliau tanya kepada pada Notaris dan PPAT, betapa setiap urusan yang berhubungan dengan BPN, tidak ada yang sesuai tarif resmi. Atau jangan-jangan bahkan tidak ada daftar tarif resmi.

Bapak punya Pak Timur Pradopo. Namun sebaiknya jangan tanya beliau Pak. Sebaiknya Bapak tanya saja para penasehat hukum. Para lawyer ini pasti tahu apa itu istilah vitamin atau jamu. Begitupun pada setiap urusan dengan pengadilan. Pak Basrif Arif pasti tahu Pak. Pak Patrialis Akbar juga. Silakan Bapak tanya Bapak-Bapak ini. Mudah-mudahan mereka berkenan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi di lingkungan kerja mereka. Apakah Bapak tahu berapa dana yang harus disediakan untuk seorang kandidat sersan Polisi Pak? Apakah Bapak tahu berapa uang yang dibayar oleh masyarakat untuk mengurus surat-surat kendaraan bermotor dan berapa yang masuk ke dalam kas negara? Contoh sederhananya Pak, berapa seseorang harus membayar untuk mendapat nomor polisi dengan hanya 1 angka saja, misalnya B 1 RMA.

Masih banyak lagi hal lain Pak. Masih sangat banyak. Akan sangat sulit dan butuh waktu banyak untuk Bapak bisa mendalami semua itu. Saya bisa memahami.

Ada masalah yang sangat mendasar di negeri ini Pak yang sudah mendarah daging, berurat berakar, yaitu masalah korupsi dengan segala macam turunannya seperti pungli, suap, dll berikut berbagai macam modusnya. Ini yang harus dibenahi Pak. Ini yang mesti Bapak bereskan.

Mungkin sudah terlalu banyak masalah-masalah besar yang harus Bapak selesaikan. Masalah Muhammad Nazarudin misalnya, bisa jadi telah menyita waktu dan perhatian Bapak. Sangat sedikit waktu istirahat Bapak. Mungkin Bapak hanya sempat tidur 1-2 jam sehari.

Jadi saya sangat bisa memahami apabila tidak ada lagi waktu yang tersedia bagi Bapak untuk melakukan penyamaran atau incognito seperti halnya Khalifah Umar. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, Bapak harus percaya dengan laporan anak buah Bapak.

Namun sesuatu hal besar mesti Bapak lakukan. Sebuah gebrakan.

Apabila sebuah reshufle kabinet tidak bisa Bapak lakukan, masih ada hal lain Pak. Apa itu Pak? Ya misalnya saja, Bapak beri target para menteri Bapak ini untuk membereskan borok-borok yang mengakar di kementrian masing-masing. Juga di kepolisian, kejaksaan, BPN dan lain-lain. Kalau dalam 6 bulan, ini hanya misalnya, maka minta menteri Bapak untuk memecat pejabat eselon 1 dan 2. Ganti dengan yang lain. Iya Pak, bukan menterinya, tapi lapis kedua atau ketiganya saja. Kenapa? Ya karena pejabat lapis kedua dan ketiga ini yang paham masalah tehnis dan operasional. Minta mereka buat kontrak jabatan di lingkungan kerja masing-masing. Menteri Pendayagunaan Aparatus Negara bisa membuat draft dan formatnya. Atau hal lain yang menggebrak. Sesuatu yang tegas. Apa kek. Rakyat memerlukan itu Pak. Menghukum mati para koruptor misalnya. Bukan semata-mata meniru Negeri China Pak (yang nyata-nyata mampu menurunkan korupsi secara signifikan), tetapi meneruskan tradisi leluhur seperti yang pernah dijalankan di Kerajaan Kalingga.

Hanya masalah kemauan Pak. Dan harus segera. Masa jabatan Bapak tinggal sebentar lagi. Jangan kuatir untuk tidak populer Pak. Jangan takut dikenang sebagai Presiden yang kontroversial. Jangan berpikir bahwa rakyat akan membenci ,....Bapak. Tidak perlu Lakukan segera Pak. Bertindaklah. Sekarang atau tidak sama sekali.

Kami kelak akan mengenang Bapak sebagai seseorang yang memberi warna bagi negeri ini. Ratusan tahun kelak, insya Allah nama Bapak akan disebutkan di kelas-kelas sekolah dalam mata pelajaran sejarah.

Semoga.


Salam dari salah seorang rakyat negeri ini yang sangat mendambakan adanya Indonesia yang baldatun thoyibatun wa robbun ghofur. Gemah ripah loh jinawi. Toto titi tentrem kerta raharja.

Joko Suseno
Dari Temanggung
Tinggal di Pamulang, Kota Tangerang Selatan



















Rabu, 03 Agustus 2011

Penyesalan Seorang Ibu


Seorang Ibu duduk memojok. Duduknya terlihat tidak nyaman. Gelisah. Pada raut wajah yang sudah banyak dihiasi dengan garis-garis perjalanan waktu itu jelas nampak tergambar kegelisahan itu.

Majelis ta’lim itu lumayan penuh. Maklum hari libur perayaan hari besar Islam. Mungkin juga karena ustadz yang memberi tausiyah sering muncul di layar televisi. Pada kata pengantarnya Pak Ustadz sudah menyampaikan bahwa akan ada sesi khusus untuk dialog. Sejak saat itu bahasa tubuh si Ibu sudah menggambarkan ketidaktenangannya. Terus saja merubah posisi duduk. Walaupun nampak menyimak isi tausiyah, namun rasanya hatinya entah ada di mana. Ada yang ingin meloncat dari dalam dirinya. Seolah-olah saat ini juga si Ibu ingin mengutarakan suatu masalah yang sangat berat.

Akhirnya sesi dialog itu pun tiba. Si Ibu mengangkat tangan yang kulitnya sudah nampak layu. Panitia memberinya mikropon tanpa kabel. Dan mulailah si Ibu dengan kisahnya.

Saya punya 3 orang anak. Semuanya laki-laki. Semuanya sudah berkeluarga dan sudah punya anak. Alhamdulillah saya nenek dari banyak cucu. Mestinya tinggal kebahagiaan yang kini saya rasakan sebagai seorang Ibu yang telah diberi kesempatan oleh Allah untuk melihat anak-anak saya memasuki kehidupan rumah tangga mereka. Mestinya saya bisa bercerita dengan bangganya sebagai lazimnya seorang Ibu dan nenek menceritakan tentang anak cucunya. Cucu-cucu yang banyak dan menggemaskan. Anak-anak dan menantu yang berbakti. Maka cukuplah itu menjadi kebahagiaan di usia saya yang sudah memasuki senja hari ini.

Ijinkan saya bercerita tentang masa kecil anak-anak saya Ustadz. Semasa kecil dulu, anak-anak saya penurut. Senakal-nakalnya anak-anak, mereka selalu mendengarkan omongan saya. Juga menuruti kata-kata ayahnya. Mereka juga rajin ke mesjid. Rajin mengaji.

Mata si Ibu mulai berkaca-kaca. Lalu mengalir butir-butir air bening membasahi pipi keriputnya. Suasana hening. Sangat hening. Lalu si Ibu melanjutkan sambil terisak.

Sekarang semua berbeda. Saat ini mereka semua tinggal tidak jauh dai rumah saya. Jadi tidak saja pada hari libur saya bisa menjumpai mereka. Saban hari selalu saja ada yang berkunjung. Atau sebentar saya mengunjungi mereka. Jadi sehari-hari saya bisa tahu apa kegiatan anak-anak dan cucu-cucu saya. Dan ini yang membuat saya sangat sedih. Ada perasaan sangat berat menggantung di hati saya. Beban dosa yang tidak tertanggungkan. Saya merasa gagal menjadi Ibu. Anak-anak saya tidak pernah menjalankan sholat. Juga istri dan anak-anak mereka. Jangankan pergi berbondong-bondong ke mesjid, sedang mendengar adzan saja mereka acuh. Mereka tetap saja asyik dengan kegiatan mereka sampai waktu sholat habis. Kalau saya ajak atau saya ingatkan, selalu jawabannya Ibu saja sholat dulu. Masih nanggung nih. Begitu terus. Apa yang salah dengan saya. Saya merasa sudah mendidik mereka dengan benar. Saya dan almarhum ayah mereka sudah mengajari mereka sholat dan mengaji. Kita panggilkan mereka guru ke rumah. Kita suruh mereka ke mesjid. Tapi sekarang......

Si Ibu menangis sesenggukan. Tidak sanggup dia melanjutkan ceritanya. Seorang Ibu merangkulnya. Ibu yang lain mengelus punggungnya. Ada juga yang memegang tangannya. Semua ingin memberi kekuatan kepada si Ibu.

Pak Ustadz mengambil alih.

Bunda, kewajiban orang tua adalah membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Tidak saja memberi mereka makan cukup, tapi juga mengajari mereka berkomunikasi bahkan sejak anak-anak lahir, berbicara dengan baik, berjalan, mengurus kebutuhan mereka sendiri. Juga mengajari akhlak dan budi pekerti yang baik. Bertegur sapa. Membalas salam. Memberi senyum. Bersikap ramah. Menjaga kata-kata dan perilaku. Banyak hal.

Orang tua juga wajib menuntun anak untuk mengenal Tuhannya. Bahkan ketika baru saja lahir si ayah wajib mengumandangkan adzan di telingan kanan dan iqomah di telinga kiri si bayi. Begitulah agama kita menuntun kita untuk memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak sejak dini.

Bayi ibarat kertas putih bersih. Belum ada satu coretan pun. Bahkan tidak juga satu titik.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. : Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanya lah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kau melihatnya buntung?” kemudian Abu Hurairah membacakan ayat-ayat suci ini: (tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. (Hukum-hukum) ciptaan Allah tidak dapat diubah. Itulah agama yang benar. Tapi sebagian besar manusia tidak mengetahui (QS Ar Rum [30]:30)

Dari cerita Ibu rasanya Ibu sudah menjalankan semua kewajiban Ibu dengan benar. Lalu apanya yang salah? Siapa yang salah?

Tanpa bermaksud untuk menghakimi siapapun, saya ingin mengajak kita semua sebagai orang tua untuk merenungi kembali, bagaimana kita telah mengasuh dan membesarkan anak-anak kita. Kemarin, kini, dan nanti.

Jaman sudah semakin maju. Anak-anak SD sekarang sudah punya HP. Bahkan tidak sedikit yang diberi blackberry oleh orang tuanya, entah dengan pertimbangan apa. Akses internet semakin mudah. Sinetron dan tayangan reality show silih berganti. Sementara itu ayah dan bundanya dua-duanya bekerja mencari nafkah. Anak-anak besar bersama baby sister atau pembantu rumah tangga. Itu sekarang ini. Ayah Ibunya memang menyuruh anak-anaknya mengaji dan sholat, tapi tidak memberi contoh. Anak-anak disuruh pergi ke mesjid, tapi ayah ibunya asyik dengan kisah sinetron yang tayang tiap hari berseri-seri panjangnya. Begitulah. Anak kehilangan figur panutan. Anak tidak punya contoh. Yang mereka temui adalah intruktur. Orang tua yang mereka kenal laksana mandor yang kerjanya menyuruh-nyuruh tapi tidak mengerjakan. Kenapa tidak ayah pergi ke mesjid lalu ajak serta putranya? Kenapa tidak bunda membaca al Qur’an lalu ajak pula putrinya? Itulah yang namanya memberi teladan.

Lalu menjawab pertanyaan Ibu. Mereka anak-anak Ibu sudah dewasa. Sudah mengerti hak dan kewajiban beragama. Ibu sudah memenuhi kewajiban Ibu. Sekarang serahkan saja semua kepada Allah. Berdoalah tanpa henti, semoga putra-putra dan cucu-cucu Ibu diberi hidayah.

Hingga akhirnya Allah memanggil si Ibu, belum nampak ada perubahan perilaku anak-anaknya. Mohon doa untuk Ibu Fulan, semoga kegundahan hatinya menjadi jalan menuju ampunan dari Allah swt.

Berdasar kisah nyata dengan penambahan redaksi.
Klik saja: http://www.jurnaljokosuseno.blogspot.com