Bercerita tentang sebuah perjuangan, tentu akan menawarkan sejuta kisah yang menginspirasi. Begitu juga ketika kita membaca buku “Berjuang di Tanah Rantau” dengan penulis A. Fuadi, dkk yang memberikan untaian kisah hidup di perantauan, kerja keras, perjuangan, suka duka dan bagaimana bersusah payah demi mencapai kesuksesan dan mereguk kebahagiaan. Lewat luapan emosi dan perasaan penulis yang mempunyai pengalaman di tanah rantau demi memperbaiki kehidupan, menopang ekonomi keluarga, meraih impian dan memperoleh pengalaman baru. Merantau, ya sebuah perantauan adalah perjalanan untuk mencari “rumah kedua” atau mungkin bisa dikatakan menemukan rumah yang sesungguhnya. Menembus arah, keterbataasan dan kekurangan dengan kesunggguhan dan keikhlasan. Merantau seperti dikatakan penulis (A. Fuadi) mempunyai keajaiban-keajaiban yang luar biasa, membuat kita lebih bersyukur, lebih memaknai hidup, dan mencintai ilmu. Seperti perkataan Imam Syafi’i dalam syairnya: “Merantaulah. Gapailah setingi-setingginya impianmu. Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan untukmu. Melipur duka dan memulai penghidupan baru. Memperkaya budi, pergaulan yang terpuji, serta meluaskan ilmu.” (Berjuang di Tanah Rantau, hal xi). Memang dalam sebuah perantauan ada sesuatu hikmah yang didapat, melalui proses dan tempaan liku-liku kehidupan menghampiri demi menuai sebuah kebahagiaan yang diharapkan. Karena Tuhan akan memudahkan sang perantau menemukan misi yang ditargetkannya melalu sebuah alunan perjuangan tak kenal menyerah. “Ketika Allah berkehendak, tidak ada yang dapat menghalangi. Dan, rencana Allah sajalah yang akan terjadi meskipun kadang terlihat tidak mungkin sejak awal.” (Berjuang di Tanah Rantau, hal 8). Begitulah hidup, kadang ada sejuta kebahagiaan, tapi kadang harus diliputi mendung kesedihan yang menghampiri. Tetapi akan ada masa yang indah menjemput, walau harus merasakan pahitnya menempuh perjuangan. Bergeraklah dan capailah mimpi-mimpi yang akan kau raih. “Mimpi tanpa target, hanya akan berakhir di angan-angan. Niat dan usaha akan menyetir arah mimpi tersebut. (Berjuang di Tanah Rantau, hal 92). Selain itu juga disebutkan, bahwa mimpi harus diperjuangkan dan pasti kita mendapatkan dan meraih mimpi-mimpi itu. “Kita adalah bagaimana kita menyusun masa lalu, menjalani hari ini, dan bermimpi untuk masa depan.” (Berjuang di Tanah Rantau, hal 110). Memaknai sebuah hidup adalah proses perjuangan demi menempuh misi hidup kita, mereguk kebahagiaan yang hakiki. “Hidup adalah taman yang indah jika kita menanaminya dengan kembang perjuangan.” (Berjuang di Tanah Rantau, hal 129). “Allah memang penulis skenario terhebat.” (Berjuang di Tanah Rantau, hal 169). Kisah-kisah yang dituangkan dalam buku ini memberikan sejuta asa dan angin pendorong untuk melecutkan jiwa dan diri kita mengikuti jejak tentang arti sebuah perjuangan, tentang keberanian dan tekad yang tinggi. Keluar dari “zona nyaman” dan pergi meraih impian. Akhirnya mereka pun menggenggam kebahagiaan lewat hasil jerih payah menemukan hakikat perjuangan.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/firmanda/sebuah-hakikat-perjuangan-di-perantauan_5529c11c6ea8345a05552d08
Tidak ada komentar:
Posting Komentar