Bayangkan diri kita, yang masih menjunjung tinggi budaya malu, tiba2 sudah mendapati bertelanjang bulat di tengah kerumunan banyak orang. Hanya kita satu-satu orang yang telanjang. Sementara semua orang memandangi kita. Menertawakan kita. Tidak ada satu orangpun yang berusaha berbagi untuk menutupi bagian tubuh kita, yang semua terbuka. Bugil. Tanpa sehelai benangpun. Coba bayangkan sebentar.
Saya sedang coba membayangkan, kira-kira seperti itu yang saat ini sedang dirasakan oleh Antasari Azhar. Sama seperti ketika kita sedang telanjang di tengah keramaian orang. Malu. Harga diri jatuh ke titik yang paling rendah. Minus.
Tidak perlu banyak komentar tentang KPK. Juga tentang "Antasari yang kemarin". KPK dan Antasari adalah momok. Dia, atau mereka adalah orang yang tidak ingin siapapun, terutama yang merasa pernah korupsi, berurusan. Ngeri. Urip. Artalita. Al Amin. Banyak. Yang jaksa, polisi, DPR, duta besar, gubernur, bupati. Sudah banyak yang "menjadi korban" KPK. Kemarin, orang bisa bilang bahwa Antasari identik dengan KPK.
Wajar saja bila Antasari menjadi sosok yang banyak pembecinya. Walau mungkin saja tidak sedikit yang mendukungnya.
Hari ini mungkin Tuhan sedang bermaksud menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Bahwa merubah nasib seseorang itu, bahkan lebih mudah dari membalikkan telapak tangan kita. Bahwa seorang Antasari Azhar yang gagah, rapi, necis, wangi (mungkin) dalam sekejap mata diposisikan menjadi seorang yang hina dina. Menjadi tahanan polisi, bercelana pendek, dengan baju seragam warna orange bertuliskan "TAHANAN" di bagian belakangnya. Tragis.
Biarlah masalah hukum diurus oleh mereka yang kompeten. Satu hal yang saya ingin mengajak pembaca merenung adalah ada hikmah dibalik semua ini. Bahwa roda kehidupan terus berputar. Yang sekarang di atas, hanya menunggu waktu untuk berpindah posisi menjadi di bawah. Bisa kapan saja. Bahkan bisa besok pagi saat kita bangun tidur. Tidak ada yang tahu.
Jadi, tidak ada gunanya kita sombong. Tak perlu jumawa. Tak usah membusungkan dada. Apa yang bisa kita sombongkan? Karena sejatinya kita tidak memiliki apa-apa. Karena pada hakekatnya kita ini telanjang bulat. Bugil. Karena semua yang saat ini ada pada diri kita, setiap saat bisa diambil kembali oleh pemiliknya.
Mari saya ajak Anda semua untuk selalu berdoa, agar kita senantiasa dilindungi dari segala mara bahaya, dijauhkan dari bencana, dan dimudahkan segala urusan kita. Amin.
Saya sedang coba membayangkan, kira-kira seperti itu yang saat ini sedang dirasakan oleh Antasari Azhar. Sama seperti ketika kita sedang telanjang di tengah keramaian orang. Malu. Harga diri jatuh ke titik yang paling rendah. Minus.
Tidak perlu banyak komentar tentang KPK. Juga tentang "Antasari yang kemarin". KPK dan Antasari adalah momok. Dia, atau mereka adalah orang yang tidak ingin siapapun, terutama yang merasa pernah korupsi, berurusan. Ngeri. Urip. Artalita. Al Amin. Banyak. Yang jaksa, polisi, DPR, duta besar, gubernur, bupati. Sudah banyak yang "menjadi korban" KPK. Kemarin, orang bisa bilang bahwa Antasari identik dengan KPK.
Wajar saja bila Antasari menjadi sosok yang banyak pembecinya. Walau mungkin saja tidak sedikit yang mendukungnya.
Hari ini mungkin Tuhan sedang bermaksud menunjukkan kemahakuasaan-Nya. Bahwa merubah nasib seseorang itu, bahkan lebih mudah dari membalikkan telapak tangan kita. Bahwa seorang Antasari Azhar yang gagah, rapi, necis, wangi (mungkin) dalam sekejap mata diposisikan menjadi seorang yang hina dina. Menjadi tahanan polisi, bercelana pendek, dengan baju seragam warna orange bertuliskan "TAHANAN" di bagian belakangnya. Tragis.
Biarlah masalah hukum diurus oleh mereka yang kompeten. Satu hal yang saya ingin mengajak pembaca merenung adalah ada hikmah dibalik semua ini. Bahwa roda kehidupan terus berputar. Yang sekarang di atas, hanya menunggu waktu untuk berpindah posisi menjadi di bawah. Bisa kapan saja. Bahkan bisa besok pagi saat kita bangun tidur. Tidak ada yang tahu.
Jadi, tidak ada gunanya kita sombong. Tak perlu jumawa. Tak usah membusungkan dada. Apa yang bisa kita sombongkan? Karena sejatinya kita tidak memiliki apa-apa. Karena pada hakekatnya kita ini telanjang bulat. Bugil. Karena semua yang saat ini ada pada diri kita, setiap saat bisa diambil kembali oleh pemiliknya.
Mari saya ajak Anda semua untuk selalu berdoa, agar kita senantiasa dilindungi dari segala mara bahaya, dijauhkan dari bencana, dan dimudahkan segala urusan kita. Amin.
CINTA BIRAHI ANTASARI
BalasHapusAntasari Azhar memang fenomenal. Menyala bagai api, melompat dari hati, membakar hangus koruptor lalu jatuh, menghilang menjadi abu. Hancur nama dan karirnya. Dia tersangka aktor intelektual pembunuhan Nasrudin, dengan latar cinta segitiga.
Benarkah pembunuh Nasrudin adalah Antasari??!!
Lepas dari persoalan pro dan kontra persoalan itu, ini adalah hasrat permasalahan cinta.
Cinta... selalu menghidangkan suatu madah tersendiri di segala lapisan masyarakat. Cinta selalu menguak rahasia alam dan misteri keabadian. Seperti tertulis dalam kisah Julius Caesar-Cleopatra, Bill Clinton-Monica Lewinski, Yahya Zaini-Maria Eva, Al Amin-Eifel, kini Antasari-Rani, semua berlatar belakang cinta.
Cinta telah membutakan mata meraka. Bagai setangkai mawar mekar indah, namun disekelilingnya dibangun pagai berduri. Mereka membabat habis pagar itu tanpa membiarkan ia berjalan dalam prosesi cinta.
Dari semua permasalahan,cinta selalu menampakkan fragment kekakuan, tiap-tiap segi permasalahan cinta membawa derita, memojokkan manusia menuju kehidupan yang serba fana.
Julius Cesar akhirnya hidup sendiri ditinggal mati Cleopatra, Al-amin dihukum 10 tahun penjara kemudian bercerai dengan kristina. Kini Antasari membunuh Nasrudin dengan latar cinta pula
Berkaca dari permasalahan itu semua, Mungkin kita harus belajar kembali apa itu cinta??!! seorang pujangga Yunani, Plato pernah berkata, bahwa cinta yang murni adalah cinta yang bebas dari pengaruh nafsu kekelaminan. Ajaran cinta ini dikatakan olehnya cinta para Dewata.
Pertanyaan besar dalam diri kita. Akankah kita harus kembali mengamalkan yang telah lama punah itu??!!