Ya Tuhan, seperti Kau lihat, sampai sesore ini belum juga ada pelanggan datang. Belum satu pun. Kemarin, hanya ada 2 pelanggan datang dan hanya mengisi angin. Seorang memberi seribu, yang seorang lagi hanya memberi gopek. Iya, hanya lima ratus rupiah.
Ya Tuhan, kalo akhirnya tidak ada juga satu pelanggan pun datang, maka berarti sama dengan 2 hari lalu. Itu artinya Engkau tidak memberiku rejeki pada hari ini. Juga 2 hari lalu. Padalah Tuhan, Engkau tahu, ada istri dan 3 anakku yang masih kecil-kecil yang harus aku beri makan. Apa Engkau lupa aku Tuhan? Atau Engkau sedang mengujiku?
Tuhan, kalau aku berdoa agar Engkau datangkan banyak pelanggan kepadaku, itu sama artinya dengan aku berdoa kepada-Mu agar banyak pengendara mobil atau motor terkena musibah. Kalo aku berdoa agar Engkau limpahkan banyak rejeki kepadaku, apa aku salah? Apa itu keliru? Lalu doa apa yang pantas aku panjatkan kepada-Mu?
Ada satu atau dua teman seprofesiku yang sering putus asa, lalu mereka berbuat jahat dengan menebar paku. Mereka bahkan tidak cukup hanya berdoa, tetapi mereka juga berihtiar. Mereka pikir, itu adalah bagian dari usaha terbaik untuk mencari pelanggan. Apa mereka salah? Lalu apa yang semestinya mereka lakukan? Ihtiar apa yang semestinya merek kerjakan? Apakah mesti pasang iklan di koran? Walau aku belum pernah berbuat begitu, tapi kadang-kadang aku bisa memahami juga bila mereka melakukan itu.
Tuhan, aku memang bukan orang pintar. Aku juga bukan anak orang kaya. Makanya aku rela hanya sebagai seorang tukang tambal ban. Selain karena terpaksa, aku pikir pekerjaanku ini juga mulia, karena menolong orang yang sedang tertimpa musibah.
Tuhan, sesungguhnya aku hanya ingin Engkau ajarkan aku berdoa yang benar. Itu saja. Agar anak-anak dan istriku bisa makan setiap hari. Sudah, itu saja Tuhan. Tidak lebih, cukup itu saja.
Amin.
Ya Tuhan, kalo akhirnya tidak ada juga satu pelanggan pun datang, maka berarti sama dengan 2 hari lalu. Itu artinya Engkau tidak memberiku rejeki pada hari ini. Juga 2 hari lalu. Padalah Tuhan, Engkau tahu, ada istri dan 3 anakku yang masih kecil-kecil yang harus aku beri makan. Apa Engkau lupa aku Tuhan? Atau Engkau sedang mengujiku?
Tuhan, kalau aku berdoa agar Engkau datangkan banyak pelanggan kepadaku, itu sama artinya dengan aku berdoa kepada-Mu agar banyak pengendara mobil atau motor terkena musibah. Kalo aku berdoa agar Engkau limpahkan banyak rejeki kepadaku, apa aku salah? Apa itu keliru? Lalu doa apa yang pantas aku panjatkan kepada-Mu?
Ada satu atau dua teman seprofesiku yang sering putus asa, lalu mereka berbuat jahat dengan menebar paku. Mereka bahkan tidak cukup hanya berdoa, tetapi mereka juga berihtiar. Mereka pikir, itu adalah bagian dari usaha terbaik untuk mencari pelanggan. Apa mereka salah? Lalu apa yang semestinya mereka lakukan? Ihtiar apa yang semestinya merek kerjakan? Apakah mesti pasang iklan di koran? Walau aku belum pernah berbuat begitu, tapi kadang-kadang aku bisa memahami juga bila mereka melakukan itu.
Tuhan, aku memang bukan orang pintar. Aku juga bukan anak orang kaya. Makanya aku rela hanya sebagai seorang tukang tambal ban. Selain karena terpaksa, aku pikir pekerjaanku ini juga mulia, karena menolong orang yang sedang tertimpa musibah.
Tuhan, sesungguhnya aku hanya ingin Engkau ajarkan aku berdoa yang benar. Itu saja. Agar anak-anak dan istriku bisa makan setiap hari. Sudah, itu saja Tuhan. Tidak lebih, cukup itu saja.
Amin.