Ada beberapa peribahasa yang bisa kita gunakan menyangkut bagaimana kita semestinya menjaga lisan kita. Salah satunya adalah “mulutmu harimaumu”. Kira-kira artinya, kita bisa binasa gara-gara ucapan kita sendiri.
Imam Bukhari meriwayatkan 2 hadist Nabi yaitu:
“Orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah berkata (yang) baik. Atau, lebih baik diam.”"Orang yang disebut Muslim adalah orang yang bisa menjaga tangannya dan lisannya (dari menyakiti Muslim lain)."Al Qur’an surat Al Qalam [68]: 10-11) berbunyi, "Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi menghina. Yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah".
Lisan atau lidah laksana pedang. Bahkan bisa lebih tajam dari pedang. Lisan juga seringkali menjadi alat ukur kredibilitas. Seseorang yang sering berkata dusta, tidak konsisten dengan ucapannya sendiri, atau orang jawa bilang mencla-mencle akan menurunkan tingkat kepercayaan orang lain kepadanya.
Terlebih lagi kalau ucapan tidak konsisten itu menjadi kebiasaan, terlebih kepada orang-orang terdekat, bisa saja akan menjadi luka yang menganga yang sulit disembuhkan.
Jadi, berkatalah yang baik (dan benar), atau lebih baik diam.
Klik juga blog di bawah ini:
http://www.mail-archive.com/proletar@yahoogroups.com/msg37128.html
atau
http://r4d1.multiply.com/journal/item/3
Imam Bukhari meriwayatkan 2 hadist Nabi yaitu:
“Orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah berkata (yang) baik. Atau, lebih baik diam.”"Orang yang disebut Muslim adalah orang yang bisa menjaga tangannya dan lisannya (dari menyakiti Muslim lain)."Al Qur’an surat Al Qalam [68]: 10-11) berbunyi, "Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi menghina. Yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah".
Lisan atau lidah laksana pedang. Bahkan bisa lebih tajam dari pedang. Lisan juga seringkali menjadi alat ukur kredibilitas. Seseorang yang sering berkata dusta, tidak konsisten dengan ucapannya sendiri, atau orang jawa bilang mencla-mencle akan menurunkan tingkat kepercayaan orang lain kepadanya.
Terlebih lagi kalau ucapan tidak konsisten itu menjadi kebiasaan, terlebih kepada orang-orang terdekat, bisa saja akan menjadi luka yang menganga yang sulit disembuhkan.
Jadi, berkatalah yang baik (dan benar), atau lebih baik diam.
Klik juga blog di bawah ini:
http://www.mail-archive.com/proletar@yahoogroups.com/msg37128.html
atau
http://r4d1.multiply.com/journal/item/3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar